Mak Eros - Wanita Yang Melahirkan 25 Anak

Written by bocahiseng on Monday, April 19, 2010

mak eros wanita perkasaMak Eros - Wanita Perkasa Yang Melahirkan 25 Anak, mungkin ini bisa disebut wanita perkasa :), saat saya denger berita ini juga antara percaya dan tidak percaya tetapi memang begitulah faktanya yang di alami mak eros.

Keluarga Mak Eros, 58 dan Asep Sumarna, 60, warga Kp Tegal Kalapa, Desa Citeko, Kec Plered, Purwakarta. Mak Eros dikarunia anak Sebanyak hingga 25 orang. Dari 25 anak, yang tersisa tinggal 18 anak sebagian lagi sudah meninggal dunia. Kini 9 anak masih berusia balita. Sebagiannya lagi sudah berumah tangga.

Kehidupannya yang sulit tak membuatnya menyerah untuk mencukupi kebutuhan anak anaknya. Bayangkan, Mak Eros menanggung sendiri beban hidup dan anak anaknya dengan berjualan makanan rakyat berkeliling kampung selama puluhan tahun. Sehingga, lumrah bila tetangganya menganugrahi predikat Wanita Perkasa.

Mak eros Mengungkapkan, ia yang dinikahi Asep, saat berusia 15 tahun. Sejak itulah, kenang dia, satu persatu anaknya terlahir dari janin perutnya melalui proses persalinan lewat tenaga paraji (dukun kampung). Alhamdulillah selama persalinan melalui paraji berjalan lancar dan selamat, aku dia.

Mak Eros mengaku sempat ditawarinya menjadi peserta KB, karena dinilai tetangganya kerap melahirkan anak. Bahkan sempat dijuluki para tetangganya Tunji (Setahun Hiji), karena melahirkan satu tahun satu bayi.

Mak Eros sempat di KB tetapi tak cocok. Tubuhnya jadi sering sakit sakitan sehingga membuat anak anak terlantar karena tak dapat diasuh. Sejak itu mak eros memutuskan untuk tidak lagi memakai alat kontrasepsi KB Selepas dicabut KB, sambung dia, proses kelahiran anak anaknya semakin tak terbentung. Bahkan, setahun ia bisa melahirkan dua anak bayinya yang berselang satu bulan kemudian hamil lagi.

Diakuinya, ia tak merasa berat dan menjadikannya beban saat dikarunia banyak anak oleh Allah SWT. Justru, Mak Eros lebih bersyukur karena limpahan karunia berupa banyak anak. Anak merupakan amanah dan titipan dari Allah SWT. Justru anak ini harta yang sangat berharga, ujarnya.

Kini Mak Eros mengaku sangat menikmati dan berbahagia mengurusi belasan anak anaknya. Dan ia berharap Semoga kelak anak anaknya berguna bagi bangsa dan negara ini. Tentunya terutama buat keluarganya sendiri.

Salut untuk mak eros, semoga ini bisa menjadi pelajaran kita semua.


Related Posts by Categories



  1. 8 comments: Responses to “ Mak Eros - Wanita Yang Melahirkan 25 Anak ”

  2. By Melahirkan 25 Kali, Mak Eros Tetap Bugar on April 19, 2010 at 1:15 PM

    Metrotvnews.com, Purwakarta: Stamina Mak Eros patut diacungi jempol. Meskipun sudah 25 kali melahirkan, wanita berusia 58 tahun ini masih kuat berkeliling kampung untuk menjajakan kue. Mak Eros tetap bersemangat untuk menghidupi sembilan anaknya yang masih kecil-kecil.

    Mak Eros adalah warga Kampung Tegal Kalapa, Desa Citeko, Plered, Purwakarta. Setiap hari, ia berjalan jauh sambil mengendong dagangan. Suaminya yang hanya bekerja sebagai penarik becak memaksa Mak Eros mencari nafkah sendiri. Dari hasil berjualannya, Mak Eros membawa pulang uang sekitar Rp10 ribu hingga Rp20 ribu.

    Mak Eros yang menikah saat menginjak usia 15 tahun, sudah 25 kali melahirkan anak. Sebanyak 18 anaknya masih hidup, sembilan di antaranya tinggal bersamanya.

    Saat anak terkecilnya baru berusia tiga hingga enam bulan, Mak Eros selalu hamil lagi. Artinya, Mak Eros melahirkan anak setahun sekali. Namun, kondisi perekonomiannya jauh dari mencukupi. Rumahnya pun masih berlantai tanah dengan dapur seadanya.(*)

  3. By Kisah Mak Eros Wanita Perkasa Yang Melahirkan 25 Anak on April 19, 2010 at 1:37 PM

    Suatu hari sekitar pukul 10.00, Ny Eros (58) tergeletak kelelahan di sebuah teras rumah warga Desa Citeko, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Dagangannya yang belum laku berupa makanan tradisional, seperti kolak pisang dan agar-agar, dibiarkan teronggok di sampingnya.

    Sekitar pukul 01.00 dini harinya ia baru saja melahirkan anak ke-10,” ujar Ny Hj Susi SLN (35), warga Citeko. Namun, beberapa jam setelah bersalin, ia harus sudah mengambil penganan di rumah Hj Cicoh (50), pembuat makanan tradisional di Desa Citeko. Seperti pekerjaan sehari-harinya ketika sedang hamil, Eros pun kemudian menjajakan makanan itu ke pelosok kampung di sentra keramik dan genteng Plered.

    ”Kalau tidak begitu, dari mana saya membiayai makan anak-anak sebab penghasilan dari suami tidak mencukupi,” ujar Eros. Suaminya, Asep (60), hanyalah tukang becak yang penghasilannya rata-rata sehari Rp 5.000, sementara keluarga Eros memerlukan uang untuk membeli lima liter beras sehari Rp 15.000. Lauknya cukup dengan kecap atau kerupuk yang diaduk dengan nasi. ”Kecap, kan, masih ada gizinya karena terbuat dari kacang kedelai,” ujarnya polos.

    Tiada hari libur bagi Mak Eros karena penghasilan bak air di daun talas. Perolehan hari itu habis hari itu juga. Itu pun kalau tidak ada yang ngutang. Karena itu, pada kondisi hamil hingga melahirkan anak ke-25 tiga tahun lalu, ia tetap menjalankan tugas hariannya menjajakan makanan, terutama untuk kuli harian. Buruh pembuat genteng dan keramik ini merupakan konsumen captive market bagi Eros, terutama saat mereka gajian, tiap Sabtu siang.

    Ketika melahirkan anak ke-10, anaknya dijuluki Si Totos, maksudnya (Sunda) parantos (sudah). Julukan itu dimaksudkan agar anak itu merupakan anak terakhir. Namun, setahun kemudian lahir lagi anaknya dan dijuluki lagi Si Aat, maksudnya saat (surut), biar berhenti beranak. Namun, tahun berikutnya lahir lagi dan julukan akhir dan akhir lain pun terus mengalir hingga kelahiran anaknya yang ke-25.

    Ketika punya anak ketujuh, Eros mengikuti anjuran seorang mantri ikut keluarga berencana. Ia pun disuntik KB setelah kurang cocok dengan pil KB. Namun, hal itu malah membuat badannya sakit, yang menyebabkan ia tidak bisa melakukan aktivitas dagang. Lalu, ia harus berobat ke puskesmas, dan itu pun berarti harus mengeluarkan biaya untuk membeli obat penahan rasa sakit.

    ”Masuk KB malah menjadi sakit,” katanya. Akibatnya, selain harus keluar uang, Eros juga kehilangan kesempatan memperoleh uang. Ia berhenti KB karena membebani.

  4. By Anonymous on April 19, 2010 at 1:38 PM

    Sabun colek

    Dari berjualan makanan itu ia bisa memperoleh penghasilan Rp 15.000 sehari. Syaratnya, dagangan yang terdiri atas 100 biji papais (makanan khas Sunda), pisang cokelat, kolak pisang, dan agar-agar seharga masing-masing Rp 500 per buah harus laku semua. Eros mendapat bati (keuntungan) Rp 100 dari setiap makanan tradisional yang terjual. Kalau tidak laku, makanan itu boleh dikembalikan karena ia tidak bermodal.

    Untuk memperoleh Rp 15.000 perak itu kadang harus dilakukan dengan tiga kali pengambilan dalam sehari. Pukul 05.00 ia mengambil rit pertama sekaligus mengawali aktivitasnya mencari nafkah. Untuk jadwal pertama ini ia berjalan ke utara kampung sejauh 1-2 kilometer. Pukul 10.00 ia kembali lagi ke rumah Hj Cicoh untuk mengambil barang rit kedua. Kali ini ia menjajakan ke arah barat kampung sejauh 1-3 kilometer, yakni ke arah Citalang, di seberang Waduk Jatiluhur.

    Lalu yang terakhir, dengan catatan barang gelombang kedua sudah laku, ia kembali mengambil rit ketiga untuk barang yang sama. Kali ini ia berdagang keliling di sekitar kampungnya karena fisiknya mulai lelah. Pulang ke rumah biasanya selepas magrib atau sesudah matahari terbenam di ufuk barat. ”Tidak jarang ia istirahat di teras rumah orang karena kecapaian,” ujar H Ucin (65), tokoh masyarakat setempat.

    Untuk menambah penghasilan, Eros membawa ikan asin mentah di sela-sela dagangan matangnya. ”Modal Rp 300.000 dari Hj Susi,” ujarnya. Ikan Asin itu dijual untuk para kuli harian wanita yang tidak sempat belanja untuk makan keluarganya.

    Sebelum berdagang, Eros harus memandikan anak-anaknya, misalnya, ada tujuh orang sekaligus. Satu per satu anak-anak itu dibariskan lalu dibasahi dan diberi sabun colek mulai dari rambut hingga kaki. ”Sabun mandi harganya mahal,” ujarnya. Kalau kebetulan ada sayuran mentah (biasanya kangkung pemberian tetangga), ia memasak dulu. Kangkung itu diiris, persis seperti seorang gembala memberi makan bebek.

  5. By Anonymous on April 19, 2010 at 1:41 PM

    Terus bertambah

    Kini wanita perkasa itu harus menanggung 18 orang di rumah sempit yang atap biliknya bergelombang sebagai tanda mau runtuh. Sebagian anaknya ada yang sudah menikah ada yang masih tinggal di rumah itu. Rumahnya yang berukuran 5 meter x 6 meter dengan satu kamar terletak di gang sempit nan kumuh. Karena itu, keluarga besar tersebut sering tidur ngampar di tengah rumah.

    Namun, ada anaknya yang sudah menikah tetap tinggal di rumah sumpek itu. Anggota keluarganya terus bertambah setelah kelahiran sang cucu sehingga rumah itu diisi 4 keluarga, yakni anaknya yang sudah menikah. Tahun 2007 anggota keluarga itu bertambah karena Eros memiliki enam cucu yang juga tinggal di rumah itu.

    Karena tidurnya ramai-ramai bersama anak menantu di tengah rumah, pernah sekali waktu menantu laki-laki tiba-tiba memeluk Eros di tengah malam. ”Ia tidak tahu malam itu anak saya sedang buang air kecil keluar rumah,” ujarnya sambil tertawa kecil. Malah pernah pula kaki menantu itu hinggap di kepalanya ketika ia tengah tidur pulas.

    Dari 25 anak yang dilahirkan, yang terus hidup hingga dewasa 18 anak. Yang lainnya meninggal pada usia anak balita antara dua dan lima tahun. Kemungkinannya gizi buruk karena makan hanya dengan kerupuk. Ketika ia berdagang, anak-anak bayinya dijaga oleh kakak-kakaknya atau anak-anaknya yang lebih tua. Saat bayi itu menangis, biasanya hanya diberi air teh manis atau air putih, yakni air tanah yang dimasak sendiri.

    Hanya anak ke-12 yang berhasil menduduki kelas VI sekolah dasar. Sekolah anak-anaknya berhenti rata-rata di kelas III SD. Pokoknya kalau anak sudah bisa baca tulis, anak itu berhenti sekolah untuk digantikan oleh adiknya. Pada awal tahun ajaran baru pertengahan Juli 2008, anak-anak yang masih duduk di SD tidak berani masuk sekolah pada hari Jumat dan Sabtu. ”Mereka malu karena belum punya seragam pramuka,” kata Eros menerangkan.

    Si Cikal (anak pertama), Ani Sumarni (25), sudah menjadi janda beranak satu dari suami keduanya yang bekerja sebagai kuli harian. Anak semata wayang Sumarni yang berusia dua tahun menambah jumlah anggota keluarga besar Eros karena tak diurus bapaknya. Sumarni mencoba peruntungan ke Arab Saudi menjadi tenaga kerja wanita (TKW).

    ”Tapi, jangankan mengirim uang, kabar pun sudah dua tahun tidak saya peroleh,” ujarnya sambil terisak meratapi nasib.

    sumber :http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/08/08/01414522/mak.eros.pernah.melahirkan.25.kali

  6. By ulan on April 19, 2010 at 1:41 PM

    busyet

  7. By bocahiseng on April 19, 2010 at 3:45 PM

    @ulan
    busyet kenapa mbak :)

  8. By Programmer Code on April 19, 2010 at 8:01 PM

    kokk bsa y??

  9. By munawar am on April 20, 2010 at 8:27 AM

    Kuasa Tuhan yang diberikan-Nya kepada Ma Eros....
    Luar Biasa si Emak ini

Post a Comment